Minggu, 27 November 2016

Sejarah Kebudayaan Islam



Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
di sini saya menjelaskan tentang sejarah kebudayaan islam, sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari sejarah kebudyaan islam. lebih dahulu saya harus menjelaskan definisi sebagai berikut:

1. sejarah

         Secara bahasa, dalam bahasa arab "sejarah" berasal dari kata "syajarah" yang berarti pohon atau sebatang pohon, apapun jenis pohon tersebut. dengan demikian, "sejarah" atau "syajarah" berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu pohon mulai sejaak penih pohon itu sampai segala hal yang di hassilkan oleh pohon tersebut. atau dengan kata lain, sejarah ataau "syajarah" adalah catatan detail tentang suatu pohon dan segala sesuatu yang dihasilkan nya. dengan demikian, sejarah dapat di artikan catatan detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.

2. Kebudayaan

         kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya". kemudian di gabungkan menjadi "budidaya" yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.
        kemudian di imbuhkan awalan "ke" dan akhiran "an", sehingga menjadi "kebudidayaan "lalu di singkat menjadi "kebudayaan". jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang di lakukan oleh umat manusia untuk menghasilkan dan mengembakan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

3. Islam

        secara bahasa, islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. namun menurut istilah, islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak.
        jika ketiga kata di atas "Sejarah, Kebudayaan, dan Islam" digabungkan, maka menjadi "Sejarah Kebudayaan Islam" berangkat dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan "Sejarah Kebudayaan Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.

A. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
        Mempelajari sejarah dalam hal ini sejarah kebudayaan islam memiliki tujuan dan manfat yang penting bagi kehidupan kita untuk zaman sekarang maupun untuk zaman yang akan datang.
Adapun Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:

1.
untuk mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi di masa silam, entah sesuatu itu baik maupun buruk.  kemudian hal itu di jadikan cermin dan teladan bagi kita dalam menjalani hidup dan kehidupan untuk untukmenggapai kebijakan
2. untuk mengetahui kebudayaan yang di hasilkan oleh umat islam dalam sejarah peradaban manusia, dan            
    sumbangsihnya bagi kehidupan manusia.

3
. untuk mengetauhi peranan dan sumbangan agama islam dan umat islam bagi kebijakan hidup manusia.

4.
untuk mendidik diri kita menjadi orang yang bijak karna dengan mempelajari sejarah kita bisa mengetahui berlakunya hukum sebab akibat, sehingga kita tidak harus mengalami langsung segala peristiwa, namun cukup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu.
5.Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan islam yang merupakan buah karya kaum muslimin   masa lalu.
6.                   Memahami berbagai hasil pemikiran para ulama untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
7.    Membangun generasi muslim akan tanggung jawab mereka terhadap kemajuan dunia islam.
8.    Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu.
9.    Memberikan pelajaran dan mencontoh atau meneladani kejadian perjuangan para tokoh masa lalu.

Selain memiliki manfaat , mempelajari sejarah juga memiliki tujuan. Tujuan mempelajari sejarah kebudayaan islam :
Adapun tujuan mempelajari sejarah adalah untuk mengambil suatu pelajaran dari perjalanan sejarah umat - umat terdahulu, baik umat yang patuh kepada Allah dan Rasul nya maupun yang mengembangkan, kemudian di jadikan pegangan dan teladan untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, dalam rangka menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak, juga :
  1. Mengetahui lintasan peristiwa, waktu, dan kejadian yang berhubungan dengan kebudayaan islam.
  2. Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan islam.
  3. Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan islam dari satu periode ke periode lainnya.

       












SEJARAH PERADABAN ISLAM: DINASTI BANI ABBASIYAH
DINASTI ABBASIYAH
A.      Asal-usul Pertumbuhan dan Perkembangannya
Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah menduduki singgasana Khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad.
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad.
Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad. Bani Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang. Dari masa pemerintahan Abul Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama Islam mencapai zaman keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil sampai dengan Al-Mu‟tashim, Islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H / 1258 M.
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
 2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
 3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
B.Perkembangan Politik
Pemerintahan daulah Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Bani Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, diantaranya adalah :
a. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti ini.
 b. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.

C.Perkembangan Peradaban Islam
 Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan karya-karya terdahulu.



SISTEM PEMERINTAHAN,  POLITIK DAN BENTUK NEGARA
Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khalifahurrasyidin. Hal ini dapat dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbedabeda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :
a.       Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
b.      Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
c.       Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
d.      Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
e.       Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah
Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik Abbasiyah sudah mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat , kecuali pengakuan politik saja . Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan mereka telah mendirikan atau membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, Daulah Fatimiyah .
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah . dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persi.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat .Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1)      Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
2)      Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan . Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja . Pada kasus lainnya fungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.
Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara, baitul maal, organisasi kehakiman., Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode :
a)      Periode pertama (750–847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama
b)      Periode kedua (847-945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama
c)      Periode ketiga (945 -1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaihdalam pemerintahan dinasti Abbasiayah. Periode ini juga disebut pengaruh Persia kedua
d)     Periode keempat (1055-1199 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan kholifah Abbasiyah, biasanya juga disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua
e)      Periode kelima (1199-1258 M), masa kholifah bebas dari pengaruh dinasti lain tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari Daulah Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Mansur (754–775 M). Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah.  amun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan Dinasti bani Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.

KEMAJUAN DAULAH ABBASIYAH
Banyak sekali kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa daulat Abbasiyah diantaranya
1.      Perkembangan Intelektual

a.       Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
b.      Gerakan Terjemah
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;
a.       Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
b.      Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
c.       Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
d.      Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para ahli ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :

1.      Ilmu Umum
a.      Ilmu Filsafat
1)      Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2)      Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3)      Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4)      Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5)      Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
6)      Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
7)      Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillh dan lain-lain

b.      Bidang Kedokteran
1)      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2)      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai  penterjemah bahasa asing.
3)      Thabib bin Qurra (836-901 M)
4)      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

c.       Bidang Matematika
1)      Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2)      Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

d.      Bidang Astronomi
1)      Al Farazi : pencipta Astro lobe
2)      Al Gattani/Al Betagnius
3)      Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4)      Al Farghoni atau Al Fragenius

e.       Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.

2.      Ilmu Naqli
a.       Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b.      Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain
c.       Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d.      Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e.       Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah

2.      Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upayaupaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan –bangunan yang berupa:
a.       Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b.      Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c.       Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d.      Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e.       Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

3.      Kehidupan Perekonomian Daulah Bani Abbasiyah
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah, perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak daripada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam. Dan keberhasilan kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
a.       Pertanian, Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
b.      Perindustrian, Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.
c.       Perdagangan, Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
ü  Membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
ü  Membangun armada-armada dagang.
ü  Membangun armada : untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum muslimin melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga hal tersebut, juga terdapat peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah.
a.       Istana Qarruzzabad di Baghdad
b.      Istana di kota Samarra
c.       Bangunan-bangunan sekolah
d.      Kuttab
e.       Masjid
f.       Majlis Muhadharah
g.      Darul Hikmah
h.      Masjid Raya Kordova (786 M)
i.        Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
j.        Istana Al Hamra di Kordova
k.      Istana Al Cazar, dan lain-lain

4.      Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas
Dalam negara Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan India dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
a.       Kebudayaan Persia
b.      Kebudayaan Hindi
c.       Kebudayaan Yunani
d.      Kebudayaan Arab

KEMUNDURAN DAULAH ABBASIYAH
Disamping kelemahan Khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antara nya adalah sebagai berikut:
1.      Faktor Internal

a.       Persaingan antar Bangsa
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para Khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir
b.      Kemerosotan Ekonomi
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah. Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan
c.       Konflik Keagamaan
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara Muslim dan Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam.
d.      Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan
Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian ditiru oleh para haratawan dan anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin

2.      Faktor Eksternal

a.       Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b.      Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar