Pengertian Sejarah
Kebudayaan Islam
di
sini saya menjelaskan tentang sejarah kebudayaan islam, sebelum melangkah lebih
jauh dalam mempelajari sejarah kebudyaan islam. lebih dahulu saya harus
menjelaskan definisi sebagai berikut:
1. sejarah
Secara bahasa, dalam bahasa arab "sejarah" berasal dari kata "syajarah" yang berarti pohon atau sebatang pohon, apapun jenis pohon tersebut. dengan demikian, "sejarah" atau "syajarah" berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu pohon mulai sejaak penih pohon itu sampai segala hal yang di hassilkan oleh pohon tersebut. atau dengan kata lain, sejarah ataau "syajarah" adalah catatan detail tentang suatu pohon dan segala sesuatu yang dihasilkan nya. dengan demikian, sejarah dapat di artikan catatan detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.
2. Kebudayaan
kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya". kemudian di gabungkan menjadi "budidaya" yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.
kemudian di imbuhkan awalan "ke" dan akhiran "an", sehingga menjadi "kebudidayaan "lalu di singkat menjadi "kebudayaan". jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang di lakukan oleh umat manusia untuk menghasilkan dan mengembakan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
3. Islam
secara bahasa, islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. namun menurut istilah, islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak.
jika ketiga kata di atas "Sejarah, Kebudayaan, dan Islam" digabungkan, maka menjadi "Sejarah Kebudayaan Islam" berangkat dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan "Sejarah Kebudayaan Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.
A. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Mempelajari sejarah dalam hal ini sejarah kebudayaan islam memiliki tujuan dan manfat yang penting bagi kehidupan kita untuk zaman sekarang maupun untuk zaman yang akan datang.
Adapun Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi di masa silam, entah sesuatu itu baik maupun buruk. kemudian hal itu di jadikan cermin dan teladan bagi kita dalam menjalani hidup dan kehidupan untuk untukmenggapai kebijakan
1. sejarah
Secara bahasa, dalam bahasa arab "sejarah" berasal dari kata "syajarah" yang berarti pohon atau sebatang pohon, apapun jenis pohon tersebut. dengan demikian, "sejarah" atau "syajarah" berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu pohon mulai sejaak penih pohon itu sampai segala hal yang di hassilkan oleh pohon tersebut. atau dengan kata lain, sejarah ataau "syajarah" adalah catatan detail tentang suatu pohon dan segala sesuatu yang dihasilkan nya. dengan demikian, sejarah dapat di artikan catatan detail dengan lengkap tentang segala sesuatu.
2. Kebudayaan
kebudayaan berasal dari kata "budi" dan "daya". kemudian di gabungkan menjadi "budidaya" yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.
kemudian di imbuhkan awalan "ke" dan akhiran "an", sehingga menjadi "kebudidayaan "lalu di singkat menjadi "kebudayaan". jadi, kebudayaan artinya segala upaya yang di lakukan oleh umat manusia untuk menghasilkan dan mengembakan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
3. Islam
secara bahasa, islam artinya penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan. namun menurut istilah, islam adalah agama yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. khususnya dan kepada para nabi lain pada umumnya untuk membimbing umat manusia meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak.
jika ketiga kata di atas "Sejarah, Kebudayaan, dan Islam" digabungkan, maka menjadi "Sejarah Kebudayaan Islam" berangkat dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan "Sejarah Kebudayaan Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.
A. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Mempelajari sejarah dalam hal ini sejarah kebudayaan islam memiliki tujuan dan manfat yang penting bagi kehidupan kita untuk zaman sekarang maupun untuk zaman yang akan datang.
Adapun Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi di masa silam, entah sesuatu itu baik maupun buruk. kemudian hal itu di jadikan cermin dan teladan bagi kita dalam menjalani hidup dan kehidupan untuk untukmenggapai kebijakan
2.
untuk mengetahui kebudayaan yang di hasilkan oleh umat islam dalam sejarah
peradaban manusia, dan
sumbangsihnya bagi kehidupan manusia.
3. untuk mengetauhi peranan dan sumbangan agama islam dan umat islam bagi kebijakan hidup manusia.
4. untuk mendidik diri kita menjadi orang yang bijak karna dengan mempelajari sejarah kita bisa mengetahui berlakunya hukum sebab akibat, sehingga kita tidak harus mengalami langsung segala peristiwa, namun cukup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu.
5.Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan islam yang
merupakan buah karya kaum muslimin masa
lalu.
6.
Memahami berbagai hasil pemikiran para ulama
untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
7.
Membangun
generasi muslim akan tanggung jawab mereka terhadap kemajuan dunia islam.
8.
Memupuk
semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
9.
Memberikan
pelajaran dan mencontoh atau meneladani kejadian perjuangan para tokoh masa
lalu.
Selain
memiliki manfaat , mempelajari sejarah juga memiliki tujuan. Tujuan
mempelajari sejarah kebudayaan
islam :
Adapun tujuan mempelajari
sejarah adalah untuk mengambil suatu pelajaran dari perjalanan sejarah umat -
umat terdahulu, baik umat yang patuh kepada Allah dan Rasul nya maupun yang
mengembangkan, kemudian di jadikan pegangan dan teladan untuk kehidupan
sekarang dan masa yang akan datang, dalam rangka menggapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat kelak, juga :
- Mengetahui lintasan peristiwa, waktu, dan kejadian yang berhubungan dengan kebudayaan islam.
- Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan islam.
- Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan islam dari satu periode ke periode lainnya.
SEJARAH PERADABAN ISLAM: DINASTI BANI
ABBASIYAH
DINASTI ABBASIYAH
A.
Asal-usul Pertumbuhan dan
Perkembangannya
Daulah Bani
Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad
SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas,
atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah
berdiri antara tahun 132 – 1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga
Abbasiyah menduduki singgasana Khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di
kota Baghdad.
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas
ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia
(Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala
wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada
khalifah yang ada di Baghdad.
Pembangkangan
Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang
dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi,
kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad. Bani
Abbasiyah mempunyai kholifah sebanyak 37 orang. Dari masa pemerintahan Abul
Abbas As-Saffah sampai Kholifah Al-Watsiq Billah agama Islam mencapai zaman
keemasan (132 – 232 H / 749 – 879 M). Dan pada masa kholifah Al-Mutawakkil
sampai dengan Al-Mu‟tashim, Islam mengalami masa kemunduran dan keruntuhan
akibat serangan bangsa Mongol Tartar pimpinan Hulakho Khan pada tahun 656 H /
1258 M.
Selama dinasti
ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola
politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas
menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M),
disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M),
disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M),
masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode
ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M),
masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah,
biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif disekitar kota Baghdad.
B.Perkembangan Politik
Pemerintahan
daulah Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Bani
Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan
antara kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah,
diantaranya adalah :
a. Dinasti
Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya dalam segala hal para pejabatnya
berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula corak peradaban yang dihasilkan
pada dinasti ini.
b. Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga sedikit
banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi
Timur, Mesir dan sebagainya.
C.Perkembangan Peradaban Islam
Masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini, umat Islam telah banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu melalui upaya penterjemahan
karya-karya terdahulu.
SISTEM PEMERINTAHAN, POLITIK DAN BENTUK NEGARA
Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang
sebagai sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah,
kedaulatan yang ada pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah,
bukan dari rakyat sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman
khalifahurrasyidin. Hal ini dapat dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya”.
Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang
diterapkan berbedabeda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan
budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain
:
a. Para Khalifah
tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para
pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
b. Kota Baghdad
digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi
sosial dan kebudayaan.
c. Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
d. Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
e. Para menteri
turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam
pemerintah
Selanjutnya periode II , III , IV, kekuasaan Politik
Abbasiyah sudah mengalami penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini
dikarenakan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak
menghiraukan pemerintah pusat , kecuali pengakuan politik saja . Panglima di
daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan mereka telah mendirikan atau membentuk
pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh;
daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, Daulah Fatimiyah .
Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan
yang dilakukan oleh para Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan
mempertahankan dari kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan
yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani Umayah . dan kedua pengutamaan
orang-orang turunan persi.
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah
pada waktu itu dibantu oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya
disebut dengan wizaraat .Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
1) Wizaraat Tanfiz
(sistem pemerintahan presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah
dan bekerja atas nama Khalifah.
2) Wizaaratut
Tafwidl (parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan
. Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja . Pada kasus lainnya fungsi Khalifah
sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya Khalifah
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan
tata usaha negara diadakan sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah
(sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris
negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa
raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat
sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.
Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan
angkatan perang, amirul umara, baitul maal, organisasi kehakiman., Selama
Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi lima periode :
a) Periode pertama
(750–847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama
b) Periode kedua
(847-945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama
c) Periode ketiga
(945 -1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaihdalam pemerintahan dinasti
Abbasiayah. Periode ini juga disebut pengaruh Persia kedua
d) Periode keempat
(1055-1199 M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan kholifah
Abbasiyah, biasanya juga disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua
e) Periode kelima
(1199-1258 M), masa kholifah bebas dari pengaruh dinasti lain tetapi
kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Bagdad.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai
masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan
merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri Dinasti ini
sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembina
sebenarnya dari Daulah Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Mansur (754–775 M). Pada
mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. amun, untuk lebih memantapkan dan menjaga
stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansur memindahkan ibu kota negara
ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia,
Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan Dinasti bani
Abbasiyah berada ditengah-tengah bangsa Persia.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah
Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian,
faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak datang secara tiba-tiba.
Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada
periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah
kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri
cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah,
mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
KEMAJUAN DAULAH
ABBASIYAH
Banyak sekali kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa
daulat Abbasiyah diantaranya
1. Perkembangan Intelektual
a. Terjadinya
Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
b. Gerakan
Terjemah
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia
dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu
pengetahuan, antara lain ;
a. Bidang
filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina,
al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
b. Bidang
kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
c. Bidang
Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.
d. Bidang
astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli
pengetahuan, para ahli ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa
penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
1) Al-Kindi
(809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2) Al Farabi
(wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3) Ibnu Bajah
(wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail
(wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina
(980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman,
Saddiya dan lain-lain
6) Al Ghazali
(1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh
Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lainlain
7) Ibnu Rusd
(1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillh dan
lain-lain
b. Bidang Kedokteran
1) Jabir bin
Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin
Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin
Qurra (836-901 M)
4) Ar Razi atau
Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang
diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Bidang Matematika
1) Umar Al
Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi:
Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
1) Al Farazi :
pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al
Betagnius
3) Abul wafat :
menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni
atau Al Fragenius
e. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976
M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni
bangunan.
2. Ilmu Naqli
a. Ilmu Tafsir,
Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy
(wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak
dan lain-lain
b. Ilmu Hadist,
Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam
Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At
Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam,
Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam,
diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh
Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli
dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar
Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful
Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e. Para Imam
Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat
tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya
dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad
bin Hambal dan Para Imam Syi’ah
2. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah
sangat maju pesat, karena upayaupaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang
fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan –bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu
tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis
Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga
untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah,
Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan
perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah,
Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah
dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid,
Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang
fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil
dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
3. Kehidupan Perekonomian Daulah Bani
Abbasiyah
Permulaan masa kepemimpinan Bani Abbassiyah,
perbendaharaan negara penuh dan berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak
daripada pengeluaran. Yang menjadi Khalifah adalah Mansyur. Dia betul-betul
telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan keuangan negara. Dia
mencontohkan Khalifah Umar bin Khattab dalam menguatkan Islam. Dan keberhasilan
kehidupan ekonomi maka berhasil pula dalam :
a. Pertanian,
Khalifah membela dan menghormati kaum tani, bahkan meringankan pajak hasil bumi
mereka, dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali.
b. Perindustrian,
Khalifah menganjurkan untuk beramai-ramai membangun berbagai industri, sehingga
terkenallah beberapa kota dan industri-industrinya.
c. Perdagangan,
Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan seperti:
ü Membangun sumur dan tempat-tempat
istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang.
ü Membangun armada-armada dagang.
ü Membangun armada : untuk melindungi parta-partai
negara dari serangan bajak laut.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam
meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah
dagang kaum muslimin melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya
mengarungi tujuh lautan. Selain ketiga hal tersebut, juga terdapat
peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani Abbassiyah.
a. Istana
Qarruzzabad di Baghdad
b. Istana di kota
Samarra
c. Bangunan-bangunan
sekolah
d. Kuttab
e. Masjid
f. Majlis
Muhadharah
g. Darul Hikmah
h. Masjid Raya
Kordova (786 M)
i. Masjid Ibnu
Taulon di Kairo (876 M)
j. Istana Al Hamra
di Kordova
k. Istana Al
Cazar, dan lain-lain
4. Strategi Kebudayaan dan Rasionalitas
Dalam negara Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang
corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam
unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini
berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu
Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan India dan Kebudayaan Arab dan
berkembangnya ilmu pengetahuan.
a. Kebudayaan
Persia
b. Kebudayaan
Hindi
c. Kebudayaan
Yunani
d. Kebudayaan Arab
KEMUNDURAN
DAULAH ABBASIYAH
Disamping kelemahan Khalifah, banyak faktor lain yang
menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut
saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antara nya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Persaingan
antar Bangsa
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi,
karena para Khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan,
stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang Khalifah yang
lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak terbendung lagi. Sejak itu
kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir
b. Kemerosotan
Ekonomi
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan
perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah. Kedua faktor ini saling
berkaitan dan tak terpisahkan
c. Konflik
Keagamaan
Konflik yang melatarbelakangi agama tidak terbatas pada
konflik antara Muslim dan Zindik atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi
juga antara aliran dalam Islam.
d. Perkembangan
Peradaban dan Kebudayaan
Kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada
periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, yang kemudian
ditiru oleh para haratawan dan anak-anak pejabat sehingga menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin
2. Faktor Eksternal
a. Perang Salib
yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b. Serangan
tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar